Selasa, 18 September 2012

HIDUP BENAR MENURUT 10 BUTIR FILOSOFI JAWA (Triyanto es)

10 butir filosofi Jawa tentang kehidupan.


“Urip Iku Urup”  (Hidup itu Nyala)
Kurang lebih, butir filosofi ini bermakna dan mengandung pesan moral sebagai berikut.  Hidup kita itu hendaknya  memberi manfaat bagi segenap orang lain yang berada di sekitar kita. Semakin besar kita bisa memberikan manfaat dan berguna bagi khalayak ramai, maka  kwalitas hidup kita pun juga akan menjadi lebih baik.
 “Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara”  (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan;  serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
 Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti”   (Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan   sikap bijak, lembut hati dan sabar).
 Ngluruk Tanpa Bala; Menang Tanpa Ngasorake; Sekti Tanpa Aji-Aji; Sugih Tanpa Bandha“   (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa harus merendahkan atau  mempermalukan orang lain; Berwibawa tanpa harus mengandalkan kekuasaan, kekuatan,  kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan).

Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan”    (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih   manakala kehilangan sesuatu).
Apalah artinya benda dan harta material kita? Dalam sekejap semua milik kita bisa musnah dan hilang ”ditelan” bencana alam seperti tsunami, gempa bumi tektonik, kebakaran, dan masih banyak lagi. Memiliki benda itu perlu namun tidak perlu menumpuk. Benda atau harta harus diperlakukan sebagai ”sarana” dan bukan ”tujuan” hidup.
Tujuan hidup kita tak lain adalah memuji kebesaran Tuhan, melayani sesama dan berbakti kepada Sang Pencipta melalui karya-karya kasih kepada sesama.
 Aja Gumunan; Aja Getunan; Aja Kagetan, Aja Aleman”  (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut;  Jangan mudah kolokan atau manja).
 Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman”  (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
 “Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka”  (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak  celaka).
 “Ojo Milik Barang Kang Melok; Ojo Mangro Mundak Kendo” (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

“Aja Adigang, Adigung, Adiguna” (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).
Sombong adalah akar segala dosa. Merasa diri paling hebat biasanya menjadi awal untuk  melakukan segala bentuk penghinaan kepada orang lain. Sombong dan arogansi akan  bertambah hebat, kalau ditopang oleh kekayaaan. Menjadi lebih ”mengerikan” lagi kalau  ditambahi dengan semangat mencari kekuasaan alias ambisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar